“Hafidz, nggak main
air ya, Sayang,” pintaku ketika melihat Hafidz sudah mulai mengambil gelas.
Naluri servant-ku mencium gelagat yang tidak enak. Akan kembali terjadi
banjir di tengah rumah. Penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah sang jagoan
kecilku, Hafidz.
Kadang aku tak habis
pikir, apa sih yang membuat Hafidz begitu menyukai air. Selalu saja muncul ide
briliannya agar bisa menyentuh air. Walau aku sudah sekuat tenaga untuk
mencegahnya bermain air. Tapi usahaku selalu berujung kegagalan.
Pernah suatu hari
ketika umurnya belum genap 1 tahun. Aku sedang sholat isya dan aku membiarkan
Hafidz bermain di luar kamar. Biasanya aku selalu membawanya ke kamar dan
menutup pintu kamar sehingga aku merasa aman. Tapi malam itu aku kasihan pada
Hafidz yang terlihat bosan bermain di kamar terus.
Maka aku izinkan dia
main di tengah rumah setelah yakin kondisi tengah rumah kondusif untuk
digunakan tempat bermain Hafidz meski tanpa pengawasanku. Pintu kamar mandi
sudah aku kunci dari luar. Aman. Dia tidak akan bisa masuk ke kamar mandi.
Tengah khusyuk
sholat, telingaku mendengar bunyi yang tak asing. Ya, bunyi gelembung air minum
dalam galon. Jangan-jangan Hafidz... Ah, kekhusyukan sholatku telah ternoda
oleh bunyi gelembung air ya, Rabb. Aku segera menyelesaikan sholatku karena
perasaanku tidak enak. Pasti ada sesuatu yang terjadi.
Bergegas aku keluar
kamar dan mendapati Hafidz sedang asyik berkubang di dekat dispenser.
Pakaiannya sudah basah kuyup. Pinggulnya meliuk ke kanan dan ke kiri. Air di
dalam galon yang tadinya penuh kini tinggal setengahnya. Kran dispenser terbuka
dan mengeluarkan air yang membentuk danau kecil. Seketika mataku gelap. Aku
berdiri kaku.
Hafidz yang
menyadari kehadiranku, menoleh dan tertawa bahagia. Matanya bercahaya.
Senyumnya begitu lepas. Amarahku yang sudah di ubun-ubun, mendadak lenyap,
berganti dengan kegelian. Namun tak urung mulutku tetap mengeluarkan
omelan-omelan pelan.
Nah, aku tidak ingin
kejadian itu terulang lagi. Maka aku terus-menerus mengingatkan Hafidz agar
membatasi main air. Main air boleh tapi ada saatnya dan ada batasan waktunya.
Tapi namanya juga anak-anak. Tidak cukup sekali dua kali mengingatkannya. Tidak
hanya cukup dengan ucapan tapi juga harus diiringi dengan tindakan. Biasanya
jika Hafidz sudah aku anggap cukup bermain air, maka aku akan langsung
memintanya berhenti dan mengganti pakaiannya. Tak lupa juga mengelap air bekas
mainnya.
Nah, pagi itu Hafidz
sudah siap dengan gelasnya. Dia sodorkan gelas sambil menunjuk dispenser. Hmm,
itu artinya dia minta diambilkan air minum. Aku sengaja memberinya air minum
sedikit. Dengan harapan air itu akan habis sekali teguk. Tapi, lagi-lagi Hafidz
selangkah lebih maju dariku. Dengan cepat diteguknya air itu sedikit sekali.
Kemudian dia mengambil gelas baru dan memindahkan sisa air minumnya ke gelas yang baru diambilnya.
Hafidz lakukan itu
berkali-kali sampai dia sadar air di gelasnya habis dan berpindah ke lantai.
Aku pura-pura tidak tahu ketika dia mendekatiku.
“Tak ada,” seru
Hafidz sembari menunjuk ke gelasnya.
“Airnya sudah habis
ya, Hafidz,” tanyaku.
“Ho-oh,” jawabnya
sambil mengangguk.
“Tuh lihat, airnya
sudah pindah ke lantai semua. Bagaimana, dong?”
Setelah mendengar
itu, Hafidz berlalu tanpa banyak protes. Tumben, pikirku. Biasanya dia akan
gigih memperjuangkan keinginannya dengan 1001 cara.
Aku kembali sibuk
dengan pekerjaan pagiku. Tapi, ekor mataku menangkap pemandangan baru! Ya, aku
melihat Hafidz menyeret kain lap yang biasa aku gunakan untuk mengelap lantai.
Hmm, kejeniusan apa lagi yang akan Hafidz perlihatkan ya.
Hafidz kemudian
menjatuhkan lap itu ke lantai yang basah oleh air yang dia tumpahkan. Kemudian
dia mulai mengelapnya. Aih, jadi terharu dibuatnya. Aku mendapat pelajaran
berharga dari seorang anak yang berusia kurang dari 2 tahun. Pelajaran tanggung
jawab. Sebuah sikap yang akhir-akhir ini mulai diabaikan oleh orang-orang yang
mengaku dirinya dewasa.
Ah, Hafidz,
lagi-lagi Bunda kalah darimu, Nak. Ya, kalah. Karena sejak momen pagi itu,
setiap engkau menumpahkan apapun ke lantai, engkau akan segera membersihkannya.
Love you much, Hafidz.

Hafizh pinter deh (y)
BalasHapusNuhun, Bu. :)
BalasHapus