Laman

Ketika Senyummu Tak Seindah Biasanya

                 
Hujan, salah satu penyebab Bell's palsy
Suatu malam sepulang kantor, suamiku mengeluhkan matanya yang perih dan terus menerus berair.
                   “Ah, paling kena angin dan air hujan saja. Helm Ayah, kan, tidak ada kacanya,” ujarku menjawab keluhan suamiku.
                  Tapi semakin hari, suamiku semakin terlihat menderita. Keluhannya tidak hanya mata yang pedih ketika terkena angin saja. Ketika minum, airnya ada yang keluar. Tercecer. Bahkan sering merasakan mati rasa. Dan yang membuat aku terpana adalah kok senyum suamiku beda ya. Lebih condong ke kiri. Persis seperti senyum yang tidak ikhlas.. hehe. Aduh, jangan-jangan suamiku....
                  Aku teringat dengan sebuah artikel yang aku baca di sebuah majalah yang membahas penyakit yang terdengar asing bagiku: Bell’s palsy!
                Aku baca lagi artikel itu dan gejalanya persis sama dengan yang dialami oleh suamiku. Ketika kutunjukkan artikel itu, suamiku sangsi. Penyakit macam apa itu? Kok belum pernah dengar, sanggahnya. Aku mendesaknya untuk memeriksakan diri ke dokter. Awalnya dia menolak, tapi setelah dia bertemu dengan rekan seprofesi dan kebetulan pernah mengalami masalah yang sama, suamiku akhirnya setuju untuk ke dokter.
               Oleh dokter, suamiku dianjurkan untuk sesegera mungkin periksa ke dokter spesialis saraf. Karena menurut dokter, suamiku memang terkena Bell’s palsy. Menurut dokter, nantinya suamiku akan mendapatkan fisioterapi. Sebuah terapi pemanasan pada saraf VII dekat telinga. Biasanya fisioterapi minimal dilakukan kurang lebih 1 bulan. Bahkan bagi penderita Bell’s palsy yang sudah parah, fisioterapi bisa memakan waktu sampai 6 bulan.
                 Mendengar penjelasan dokter, suamiku memutuskan untuk mencoba dulu pengobatan alternatif. Dari seorang rekan, suamiku dikenalkan pada seorang ahli pijat wajah. Alhamdulillah, setelah dipijat satu kali dan diikuti dengan perawatan rutin seperti kompres dengan air hangat di area wajah serta mengunyah permen karet (suamiku bisa sampai menghabiskan 10 permen karet setiap harinya... J), Bell’s palsy suamiku perlahan sembuh. Alhamdulillah.
                Belum lama ini seorang sahabat juga mengalami hal sama. Menurut curhatannya (aslinya sih, aku yang nodong ke doi.... JJJ) gejala yang dirasakan hampir sama dengan suamiku. Hanya sahabatku ini mengalami rasa kaku di wajah yang berlebih. Sampai akhirnya, dia memutuskan periksa ke dokter. Dan harus menjalani fisioterapi sebanyak 3 kali dalam sebulan.
              Duh, sebenarnya apa dan siapa, sih, si bel yang satu ini? cari tahu yuk...

Ilustrasi Bell's palsy
Bell’s Palsy Itu...

             Bell's palsy adalah nama penyakit yang menyerang saraf wajah hingga menyebabkan kelumpuhan otot pada salah satu sisi wajah. Terjadi disfungsi saraf VII (saraf fascialis). Berbeda dengan stroke, kelumpuhan pada sisi wajah ditandai dengan kesulitan menggerakkan sebagian otot wajah, seperti mata tidak bisa menutup, mulut tidak bisa meniup, dan sejenisnya. Beberapa ahli menyatakan penyebab Bell's palsy berupa virus herpes yang membuat saraf menjadi bengkak akibat infeksi.
                Kata Bell's palsy sendiri diambil dari nama seorang dokter yang hidup pada  abad 19 yang bernama Sir Charles Bell. Beliau adalah orang pertama yang menjelaskan kondisi ini dan menghubungkannya dengan kelainan pada saraf wajah. Siapapun bisa terkena penyakit ini, loh. Mulai dari seorang Irwan Ruhaendi sampai artis sekaliber Rano Karno ( JJJ ).

Seperti Apa Gejalanya?

                Gejala Bell’s palsy bisa saja datang tiba-tiba. Seperti yang dialami oleh sahabatku. Pagi-pagi lidahnya terasa kebas seperti habis meminum atau memakan sesuatu yang panas. Kemudian mata kirinya terasa kaku ketika berkedip. Minum sudah mulai tumpah-tumpah. Makan juga susah untuk mengunyah dan menelan.
              Jika ada yang mengalami gejala diatas, disarankan untuk bercermin. Ya, bercermin! Serius, loh... cek apakah kontur wajah masih sesuai atau ada yang berubah. Seperti ketika mengerutkan kening, ternyata kening tidak mengerut sempurna. Hanya bagian kanan atau kiri saja yang berkerut. Lalu, senyum. Apakah senyum masih semanis yang dulu (ceileh...) atau sudah mulai ketarik ke kiri atau ke kanan. Atau malah sudah tidak bisa lagi tersenyum.
               Ditambah gejala umum adalah demam. Ketika demam, itu menandakan ada virus yang masuk ke dalam tubuh. Dan salah satunya bisa saja virus yang bisa menyebabkan Bell’s palsy itu yang masuk ke tubuh.

Biang Keladi Alias Penyebabnya

              Menurut beberapa ahli, ada banyak penyebab Bell’s palsy. Di Indonesia, penyakit ini banyak disebabkan oleh paparan udara. Seperti AC, kipas angin, ataupun udara bebas akibat mengendarai motor maupun naik kendaraan umum. Sedangkan di luar negeri, penyebabnya oleh reaktivasi herpes simpleks.

Aduh, Harus Bagaimana Dong...

                Tetap tenang! Itu adalah kunci utama pada setiap masalah. Termasuk jika ada keluarga atau malah kita sendiri yang mengalami penyakit Bell’s palsy. Segera periksa ke dokter apabila gejala di atas sudah mulai terasa. Jika memang positif Bell’s palsy, maka segera lakukan pengobatan. Semakin cepat penanganannya maka akan semakin cepat pula pemulihannya. Tak perlu khawatir karena Bell’s palsy ini bisa sembuh total, kok.
               Jika memilih pengobatan secara medis, maka dokter ahli saraf-lah yang harus dikunjungi. Ada beberapa tahapan pengobatan yang dilakukan. Pertama dengan pemberian obat metil prednisolone yang berfungsi untuk mengurangi pembengkakan pada saraf. Selain obat tadi, obat tetes mata juga dibutuhkan untuk membuat mata tetap lembab. Selain pemberian obat, dilakukan juga fisioterapi yaitu dengan pemanasan pada area wajah.
             Selain pengobatan secara medis, Bell’s palsy juga bisa diobati melalui pengobatan alternatif. Tapi jika memilih pengobatan alternatif harus dilihat dulu terapisnya. Kudu recommended!  Biasanya pengobatan alternatif akan terpusat di wajah. Wajah akan dipijat. Selain itu kompres secara teratur area wajah dengan menggunakan air hangat. Dan mengunyah permen karet untuk melatih saraf wajah.

Biar Bagaimanapun Mencegah Tetap Lebih Baik

               Ya, pencegahan Bell’s palsy ini bisa dilakukan dengan menjaga pola makan dan pola hidup. Yang terpenting adalah menghindari paparan angin langsung. Bagi para rider disarankan untuk selalu mengenakan helm fullface. Bila terbiasa tidur menggunakan kipas angin, disarankan untuk menghindari wajah dari terpaan angin. Arahkan kipas angin ke sisi lain. Jika kipas angin terpasang di langit-langit, usahakan tidak tidur tepat di bawahnya. Selalu gunakan kecepatan rendah saat kipas angin diputar.
                Bagi yang berkendara mobil, disaran untuk tidak mengarahkan AC ke wajah. Demikian juga jika di rumah menggunakan AC, jangan terlalu dekat dengan alat pendingin tersebut. Bagi pecinta angkutan umum (seperti saya J ) disarankan untuk tidak membuka jendela satu sisi. Dan bagi para pendaki gunung atau traveller yang hobi jalan-jalan ke negeri bersalju, selalu gunakan masker (penutup wajah) dan pelindung mata. Suhu rendah, angin kencang, dan tekanan atmosfir rendah sangat berpotensi menyebabkan Bell’s palsy.

Catatan Akhir....

              Bell’s palsy memang bukan penyakit menular. Tapi selalu waspada adalah tindakan terbaik. Apalagi Bell’s palsy ini penyakit yang cukup membuat penderitanya terjangkit krisis percaya diri. Karena imbas dari Bell’s palsy adalah bentuk wajah yang tidak simetris sehingga mengganggu penampilan. Belum lagi ditambah penderitaan lain seperti mata yang selalu perih, mulut yang kesulitan untuk mengunyah makanan. Sehingga bisa saja lambung terkena dampaknya.
          So, semoga bermanfaat.